SINOPSIS FILM The Accountant² (2025)
“The Accountant 2” menyajikan aksi thriller metodis yang elegan, berbeda dari film pertamanya. Gavin O’Connor dan Bill Dubuque kembali menyutradarai dan menulis naskah, menyusun tontonan yang lebih besar dan seru, bahkan membawa elemen buddy action dengan sentuhan komedi untuk menjangkau lebih banyak penonton. Mereka mengikuti formula khas sekuel film mainstream: lebih menghibur, namun lebih umum.
Kematian misterius mantan direktur FinCEN Raymond King (J. K. Simmons) mendorong penggantinya, Marybeth Medina (Cynthia Addai-Robinson), memulai penyelidikan yang mempertemukannya dengan Christian Wolff (Ben Affleck), alias “Si Akuntan”. Dua orang yang bertolak belakang ini memutuskan untuk bekerja sama.
Tidak ada perbedaan signifikan dari film pertama, setidaknya hingga kemunculan Braxton (Jon Bernthal), adik Christian, yang mengubah suasana film menjadi jauh lebih ringan. Atmosfer dingin dan elegan dalam departemen artistik dan narasi menghilang. Naskah memanfaatkan dinamika kakak-beradik yang disfungsional untuk menciptakan aksi tukar kelakar ala komedi teman.
“The Accountant 2” berhasil meningkatkan nilai hiburannya dengan mengikuti formula paten subgenrenya, menggabungkan dua tokoh dengan kepribadian kontras: Christian yang autis, cenderung dingin dan kaku, berbanding Braxton yang lebih aktif. Chemistry kuat antara Affleck dan Bernthal menghasilkan banyak tawa.
Di satu titik, Christian membutuhkan bantuan Justine (Allison Robertson) dan sekelompok anak autis untuk meretas informasi yang tak mampu ditemukan penegak hukum. Semudah mencari data di Google, mereka meretas berbagai perangkat elektronik di sebuah rumah. Namun, “The Accountant 2” sepenuhnya menghilangkan jejak keseriusan film pertama, meski tetap menghibur.
Sayangnya, daya hibur film ini menurun setiap kali naskah mencoba bercerita. Gaya bicara Bill Dubuque, yang tampaknya menganut prinsip “semakin rumit, semakin cerdas”, tidak sesuai dengan upaya “The Accountant 2” menyajikan hiburan ringan. Naskah membuat kasus yang sebenarnya sederhana tampak seperti konspirasi yang tidak jelas.
Terlepas dari dinamika Christian-Braxton, Gavin O’Connor menggarap aksi film ini dengan baik. Film pertamanya kehilangan sentuhan unik pencak silat yang membuatnya menonjol, dan menggantinya dengan baku tembak ala film aksi kelas B. Karakter Christian sebagai autis jenius pun menjadi kurang relevan. Namun, banyak penonton mungkin akan tertawa sepanjang durasi film ini.
