Thunderbolts* (2025)

471 voting, rata-rata 7.0 dari 10

SINOPSIS FILM Thunderbolts* (2025)

Tim Thunderbolts terbentuk bukan untuk misi bunuh diri penyelamatan dunia. Mereka adalah individu yang ingin sembuh dari luka batin, dan empati mendorong mereka membantu sesama yang merasakan hal serupa. Inilah keunikan mereka.

Sebut saja Yelena Belova (Florence Pugh), yang menjalani rutinitas tanpa semangat pasca kematian Natasha Romanoff (Scarlett Johansson). Bekerja untuk Valentina (Julia Louis-Dreyfus), “rutinitas” Yelena melibatkan spionase dan meninggalkan banyak mayat. Yelena kehilangan tujuan hidup dan dihantui dosa masa lalu. Keadaan serupa dialami Alexei Shostakov/Red Guardian (David Harbour), John Walker/US Agent (Wyatt Russell), Ava Starr/Ghost (Hannah John-Kamen), dan Bob (Lewis Pullman). Bucky Barnes (Sebastian Stan), kini anggota kongres, memiliki masalah sendiri. Tak perlu bertanya keberadaan Antonia Dreykov/Taskmaster (Olga Kurylenko).

Para anggota Thunderbolts adalah kumpulan karakter yang terbiasa mencapai target tanpa ragu. Mereka bukan hanya superhero, melainkan sekelompok orang yang cepat mengakui kesalahan. Thunderbolts berkisah tentang individu dengan kehampaan di hati mereka.

Naskah Eric Pearson dan Joanna Calo tak pernah mengabaikan masalah kesehatan mental para karakter—bahkan menjadikannya materi komedi dengan hati-hati. Berdasarkan itu, narasi berbeda dari standar film MCU terbentuk. Paruh pertama film cenderung fokus pada satu lokasi dan minim aksi besar, membiarkan hubungan antar karakter dan penonton tumbuh alami.

Thunderbolts juga menghadirkan realisme dan humanisme langka dalam sajian MCU. Sutradara Jake Schreier menyadari pentingnya realisme dan memilih efek praktis dalam banyak adegan aksi. CGI hadir seperlunya, seperti saat Sentry menunjukkan kekuatan pertamanya, yang sayangnya kualitasnya tak konsisten.

Salah satu momen favorit saya adalah perdebatan emosional antara Yelena dan Alexei; adegan sederhana jauh dari plot blockbuster Marvel. Di ruang publik New York, mereka berbagi perasaan, sementara pejalan kaki berlalu lalang. Ini kontras dengan markas rahasia para superhero. Yelena dan Alexei tak berbeda dari manusia biasa yang rapuh.

Para pemain mendukung pendekatan humanis film ini, menjalin hubungan kuat yang terkadang menghasilkan komedi menggelitik. Wyatt Russell dan Hannah John-Kamen menambah kompleksitas karakter, David Harbour menyeimbangkan komedi dan drama, dan Sebastian Stan memberikan citra Bucky Barnes MCU paling menakjubkan. Florence Pugh bersinar paling terang, menggunakan “kemanusiaan” sebagai awan gelap yang membentuk penampilannya.

Fakta menarik lain: anggota Thunderbolts lebih dulu menyelamatkan warga sipil saat kekacauan muncul. Meskipun tak sempurna, kepahlawanan mereka tak diragukan.

Memang, penonton awam mungkin mengeluhkan babak ketiga. Thunderbolts secara tak sengaja menyisipkan momen intim dalam babak ketiga paling emosional dalam sejarah MCU.